FTIK IAIN Manado – Terdapat sekian banyak cara dalam mengenalkan kasih sayang maupun hidup bersama dalam perdamaian antar umat manusia, meskipun berbeda suku, budaya, ras dan agama. Salah satu sarana maupun ekspresi untuk mewujudkan perdamaian dan suasana hidup berdampingan dalam harmoni, adalah dengan pementasan seni dan musik.
Dengan mengangkat tema “Melukis Bunyi, Menyatu Dalam Harmoni”, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Manado dan Fakultas Ilmu Pendidikan Kristen (FIPK) IAKN Manado menggelar kegiatan sekaligus kolaborasi dialog serta pementasan seni dan musik pada Selasa, 19 Desember 2023 Jam 19.00 – 00 Wita di Gedung theater lantai 4 gedung Fakultas Syariah. Dosen sekaligus musisi FTIK Febriyando, M.Sn. turut menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut. Turut hadir pula dalam kegiatan tersebut Wakil Rektor III IAIN Manado Dr. Mastang Ambo Baba, M.Ag yang sekaligus membuka kegiatan secara resmi, Dekan FTIK IAIN Manado Dr. Arhanuddin, M.Pd.I serta beberapa Dosen FTIK IAIN Manado dan FIPK IAKN Manado.
Dalam sambutannya, Dekan FTIK menyampaikan bahwa seni dan musik dapat menjadi pemersatu perbedaan dan selanjutnya menciptakan dunia yang harmoni antar umat manusia, apapun latar belakang suku, budaya dan agamanya.
Selanjutnya, dalam materi yang disampaikan, Febriyando, M.Sn yang juga sekaligus sekretaris prodi PIAUD FTIK IAIN Manado menyampaikan bahwa tema kegiatan yang diangkat yakni “Melukis Bunyi” menyatu dalam harmoni”, dilandaskan dari pemikiran bagaimana peran kaum Intelektual muda baik dalam ruang akademik, ruang lingkup masyarakat, maupun ruang media sosial untuk menjadi agen perubahan dalam menangkal praktik intoleran beragama yang sering terjadi baik dalam dunia digital maupun kehidupan nyata.
Ia juga menyampaikan bahwa Sosialisasi tentang moderasi beragama memang menjadi fokus utama pemerintah khususnya Kementerian Agama dalam menangkal praktik-praktik intoleran dalam masyarakat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit juga praktik – praktik intoleran yang muncul, sehingga menjadi tantangan bagi kaum muda, khususnya bagi kaum intelektual. Di sisi lain, masih terdapat kaum muda yang berpendidikan, namun tidak memiliki cukup keberanian untuk melawan praktik-praktik intoleran tersebut. Oleh karena itu, lanjut Febri, kegiatan ini diharapkan mampu menjadi ruang edukasi bagi masyarakat khususnya kaum akademisi muda.
Sesudah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan pementasan seni dan musik, di mana segenap peserta yang hadir turut menikmati pertunjukan seni serta alunan musik yang dimainkan secara bersama dalam harmoni* (AM).
Post a comment
Anda harus masuk untuk berkomentar.